DILEMA PETANI

Sudah lama saya tidak update postingan saya, karena banyak sekali pekerjaan yang dihadapi belakangan ini.
Sesuai dengan judul postingan saya kali ini yaitu DILEMA PETANI. ada apa dengan judul diatas?
Inilah potret petani yang ada di daerah saya, mungkin berlaku juga dibeberapa daerah lainnya di Indonesia, apa sih yang menjadi keluhan ? trus, yang jadi masalah ?

Menjadi seorang petani adalah pilihan, dan setiap pilihan ada resiko nya, saya sebagai petani juga merasakannya, tanah yang subur, hasil yang melimpah bukan jaminan menjadikan petani sukses. hukum pasar memang apabila suatu barang/benda yang tersedia dipasaran banyak maka akan sangat berpengaruh sekali terhadap harga. kita petani inginnya mendapat hasil panen yang cukup dan harga yang sewajarnya itu saja, tapi terkadang ini hanya menjadi mimpi yang kapan akan terwujud pun tidak tau. saat ini kami petani singkong dan nenas yang ada di kalimantan dibuat tidak berdaya oleh harga dari tengkulak yang menawar hasil panen kami dengan harga yang sangat jauh dari layak. untung tak didapat malah kerugian yang diterima dari rutinitas kami sebagai petani yang selama ini berangkat pagi buta pulang sudah senja hari.


Kita ambil contohnya saja Ubi Kayu ( Singkong ), sekarang ini harga singkong segar jenis kristal jatuh ke harga Rp. 1.200 yang tahun lalu berkisar antara Rp. 2.000,- sampai Rp. 2.700,- per kilogram nya. itupun tidak semua hasil panen yang diambil tengkulak, hanya di ambil yang diameternya cukup bagus bagi mereka, tidak besar dan juga tidak kecil. kalau dalam satu kwintal, yang tidak diambil biasanya mencapai 50 Kg dan ditinggal begitu saya saja dengan alasan barang dipasaran numpuk. padahal biasanya, dalam satu kwintal yang tidak diambil itu tidak lebih dari 10 kg. iseng saya pergi ke pengecer yang ada di kota-kota tujuan tengkulak membawa hasil panen kami tadi. betapa terkejutnya saya ketika menanyakan harga per kilogramnya kisaran Rp. 4.000 - 5.000 disitu saya berpikir betapa entengnya para tengkulak menilai hasil jerih payah kami yang tidak disesuaikan dengan harga pasaran. sungguh ironis.
kami yang bekerja setahun untuk memanen singkong, masih kalah hasilnya.

Perlu saya beritahukan disini, kami disini untuk pergi ke ladang/sawah harus menggunakan getek/alkon/perahu kecil untuk sampai ke kebun/sawah kami. karena akses untuk menggunakan transportasi darat tidak mungkin, hanya wilayah2 tertentu yang bisa di akses menggunakan sepeda motor, itupun harus extra hati-hati karena jalan yang licin dan berlubang ketika musim hujan seperti ini. bisa dibayangkan berapa modal yang harus kami keluarkan selama ini. 

Dari harga Rp. 1.200 itu tadi, yang bersih ke tangan petani hanya kisaran Rp. 500-600 karena untuk upah panen dan angkut per kilo nya sampai ke tempat transaksi berkisar Rp. 600 -700.

Mudah-mudahan kedepan ada yang membaca coretan-coretan saya ini, dan mau berbagi solusi mengenai masalah klasik seperti hal diatas.

Terimakasih sudah berkunjung, Salam Hangat Petani Pemula !

0 Response to "DILEMA PETANI"

Post a Comment

Search This Blog

Total Pageviews